Puisi karya Sapardi Joko Damono dalam Film Hujan Bulan Juni


Hujan Bulan Juni – Sebuah film yang diadaptasi dari novel karya Sapardi Djoko Damono.

Film Hujan Bulan Juni diproduseri oleh Chand Parwez Servia dan Avesina Soebli. Film yang bersyuting di beberapa kota di Sulawesi Utara dan Jepang ini menghadirkan aktor dan aktris berbakat dalam film drama-romance, yaitu Adipati Dolken dan Velove Vexia.

Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa Jawa pada di dalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan percintaan di film ini.

Berikut ini adalah beberapa puisi dan kutipan film Hujan Bulan Juni:

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku tak kan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu”

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
dalam diriku mengalir sungai panjang,
darah namanya;
dalam diriku menggenang telaga darah,
sukma namanya;
dalam diriku meriak gelombang sukma,
hidup namanya;
dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya”

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. Ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas.

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
Kita berdua saja duduk,
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput,
Kau entah memesan apa,
Aku memesan batu ditengah sungai terjal yang deras,
Kau entah memesan apa,
Tapi kita berdua saja duduk,

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
SEMENTRA KITA SALING BERBISIK

Sementara kita saling berbisik
Untuk lebih lama tinggal
Pada debu, cinta yang tinggal berupa
Bunga kertas dan lintasan angka-angka

Ketika kita saling berbisik
Di luar semakin sengit malam hari
Memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api
Sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.
(1966)”

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
JARAK

dan Adam turun di hutan-hutan
mengabur dalam dongengan
dan kita tiba-tiba di sini
tengadah ke langit; kosong sepi”

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
DI RESTORAN

Kita berdua saja, duduk. Aku memesan
ilalang panjang dan bunga rumput —
kau entah memesan apa. Aku memesan
batu ditengah sungai terjal yang deras —

kau entah memesan apa. Tapi kita berdua
saja, duduk. Aku memesan rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu.
(1989)”

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni ~
BACA JUGA : Saat aku berjalan di suatu malam-Puisi dalam film Before Sunrise 1995

0 Response to "Puisi karya Sapardi Joko Damono dalam Film Hujan Bulan Juni"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel